Total Tayangan Halaman

Rabu, 19 September 2012

Mental Ndeso, yang salah menyalahkan


kalau orang- orang katanya paling bisa merenung dan berfilosofi ketika sedang buang air besar, tidak begitu dengan saya. saya malah paling banyak dapat inspirasi ketika sedang diatas motor, tidak dalam kondisi terburu- buru, melaju tanpa memboncengkan siapapun. yak! saya memang paling jago melamun di tengah hiruk pikuk lalulintas kota jogja yang (padahal) dulu ketika saya masih SD belum sepadat ini. yah, dampak mahasiswa yang diterima jauh lebihbanyak daripada mahasiswa yang diwisuda oleh perguruan tinggi di jogja. saya yakin itu.

biasanya kalau sudah dapat informasi saya akan menepikan motor, mengeluarkan ponsel dan mencatat poin- poin penting di aplikasi note. sebenarnya, di ponsel saya nokia x2-00 terdapat banyak catatan yang belum saya olah. tapi sialnya ponsel itu hilang sekitar bulan november kalau tidak desember tahun lalu. dan sekarang, saya akan mengolah catatan yang ada di ponsel saya.

judulnya mental ndeso.

 tau kan ndeso? artinya kampungan, norak. tapi orang desa belum tentu ndeso lho!

suka ngamatin ga sih, kalau di jalanan, misalnya kita secara terpaksa dan tidak sengaja nyaris kecelakaan dengan orang lain yang kita kenal, berapa banyak dari orangyang salah itu meminta maaaf? saya yakin yang cenderung keluar dari mereka malah serapah.

kemaren lalu aku pernah disuruh nambalin motor kakakku, okelah, aku ga da kegiatan ini. aku pompa ban yang bocor dan kularikan ke tempat tambal ban langganan yang tak jauh dari rumah.
disitu, saya otomatis bengong menunggu ban yang bocor dipanaskan. suatu ketika lewatlah rombongan ibu- ibu berjalan berduyun- duyun, tampaknya mereka akan berangkat pengajian, mengingat mereka mengenakan jilbab semua dan mencangkin mukena. dari kejauhan saya melihat ada motor matic warna magenta (saya beneran ngelihatin karena saya suka warnanya) berjalan dengan kecepatan kalem dan di jalur yang benar. tiba- tiba, ada seorang nenek kurus diantara ibu- ibu itu berjalan agak menengah, otomatis motor magenta itu mengerem secara mendadak. no, nenek tetap berdiri, tak terjadi kecelakaan di adegan ini, tapi apa yang terjadi?
seorang ibu- ibu lain (tampaknya anaknya si nenek itu) secara reflek menyalahkan si pengendara motor. dia berteriak
"pie to mas?? mbok ra ngawur!"
yang bila diterjemahkan kira- kira, "gimana sih mas? jangan sembarangan dong!". nah, siapa yang salah sih sebenarnya? setelah mas- mas itu pergi,, ada ibu- ibu lain berkata
 "iku mau simbah lho sing le mlaku nengah" (itu tadi nenek lho yang jalannya agak ketengah) dan si ibu yang memarahi tadi berkata
"lhaiyo" (emang) sambil cekikikan meneruskan perjalanan.


itu tadi sampel ibu- ibu desa dan berlokasi di desa. sekarang mari kita lihat sampel lain, sepasang perempuan muda dengan dandanan masa kini yang hanya saja tidak cock mereka kenakan, singkatnya untuk kedepan saya akan menyebut mereka "alay", lagi lagi contoh kasus ini melibatkan sepeda motor matic warna magenta. lokasi kejadian masih di desa, tapi sudah ga pelosok kok. jalannya pun tergolong jalan utama, bukan gang. saat itu saya sedang nyari mood, seperti kebiasaan yang saya lakukan dan telah saya ketik di tulisan saya tentang sendang kasihan, ketika akan melewati sebuah tempat fotokopian, tau tau pasangan penunggang matic magenta itu begitu saja meluncur memotong jalan tanpa lihat kanan kiri dulu (sekali lagi; saya tahu karena saya tertarik dengan motornya). beruntung saya sempat menginjak rem sehingga tidak menghantam mereka. tapi tampaknya mereka kaget, sedikit kelimpungan menghandel motor, mereka akhirnya bisa kembali menjaga kestabilan motornya. coba tebak apa yang mereka katakan? dengan wajah di lipat jelek banget yang depan berteriak
 "pekok!" (bodoh)
 sedangkan yang membonceng bengong melihat saya,mungkin karena saya ganteng. saya sih senyam senyum saja meninggalkan mereka dengan sedikit melambaikan tangan khas gestur saya (kalau anda kenal saya di dunia nyata pasti tau bagaimana kebiasaan saya dengan gestur tersebut.

kok sampelnya daritadi wanita yah? wah bisa- bisa saya di cap sebagai orang yang antifeminis (walaupun sebenarnya iya, tapi saya tidak bahas itu di tulisan ini)

ookeeeh.. kali ini sampelnya adalah seorang pemuda yang setelah di usut preman kampung yang kalau naik motor (bukan matic magenta, tahun segitu belum musim matic) ugal- ugalan (menurut tetangganya). kejadianya udah lamaaaaaaaaa banget, itu aku baru mulai masuk kelas 2 smp, kemungkinan tahun 2004. waktu itu aku belum bisa naik motor, tapi sudah ganteng. ketika bersepeda menuju taman bacaan, si pria perkasa itu (menurut saksi) mencoba mendahului becak di jembatan (yang aturan di jembatan ga boleh menyalip kan ya?) dan berujung menabrak sepeda saya, mematahkan kedua tangan saya. apa coba yang seketika dia lakukan? mencekik kerah kaos polo yang saya kenakan, dan mencoba menghantam muka saya (yang untung tetap ganteng). untung saja orang- orang segera menolong. itu sudah cukup untuk menggambarkan mental ndeso, tapi ternyata belum selesai. setelah tidak jadi diperkarakan dia berjanji akan membiyayai perawatan dan memperbaiki sepeda saya. tapi apa buktinya? dia malah melarikan sepeda saya sampai sekarang. puh.. itu benar- benar mental ndeso.

daritadi sampel di desa. sekarang yang di kota deh, biar ga dikira orang ndeso cuma di desa. ceritanya aku mau berangkat kuliah, dengan tas berisi laptop terselempang, aku melenggang di jalanan. tiba- tiba ada ibu- ibu (maaf, sampelnya wanita lagi) mengendarai sepeda motor (bukan matic magenta juga) dengan membawa keranda mencoba menyalib kendaraan di depannya. eh kerandanya nyerempet aku dikit, yaudah sih aku ga masalahin. jalan aja terus, eh tau- tau ada mas- mas ngasih tau,
 "mas leptopnya jatuh"  
"HAH?!"
aku cek tas ku, sobek total.
aku berjalan menghampiri leptopku yang terkulai pasrah, shock, mengalami tekanan jiwa di tengah jalan. untung gada yang ngambil. aku menatap mencari- cari ibu itu, aha, dia berhenti di kejauhan, memperhatikanku. hatiku tenang, "syukurlah, kayaknya mau tanggung jawab. tapi ketika aku samperin,
"loh! kok kabur?!"

apa sih sebenarnya yang mau aku tulis?
ndak saya juga bukan orang yang tertib lalu lintas, saya sering dikejar polantas, melanggar lampu merah, nyebrang ngawur, lupa nyalain lampu.

tapi saya tidak menyalahkan orang.

yang saya anggap mental ndeso adalah ketika seseorang melakukan kesalahan secara tidak sengaja (kalau sengaja namanya kriminil) tetapi alih- alih mengakui malah menyalahkan orang lain yang mungkin saja justru orang yang dirugikan. kasihan lho, udah dibikin kesusahan pakai disalahkan lagi.

jadilah orang yang keren walaupun salah, misalnya mengangguk sambil senyum (kalau tidak sampai terjadi sesuatu yang parah), itu bakal bisa menentramkan hati (calon) korban kok.

saran saya, kalau makan jangan sambil berdiri terbalik, susah nelennya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar